Iklan

Yasbumi Peduli Dengan Disabilitas

Media Berita6
20 Januari 2023, 2:17 PM WIB Last Updated 2023-01-20T08:02:04Z

 


Jakarta, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia (KDN-RI) , Jonna Aman Damanik, Kamis 19 Januari 2023 mengunjungi Istana Peradaban Balai Pustaka Jakarta, bertemu dengan Ketua Yayasan Sosial Seni Budaya Madani ( Yasbumi) Andre Milko Pelawi , Sutradara Film Jito Banyu, serta Founder Inklusi Film Indonesia Budi Sumarno. KDN-RI adalah sebuah lembaga non struktural yang bertanggung jawab langsung kepada presiden yang baru di bentuk tanggal 1 Desember 2021. Pertemuan tersebut merupakan sebuah upaya dari KDN untuk menjalin kemitraan sebagai lembaga yang mengadvokasi kegiatan kesenian dan bidang perfilman, yang turut serta melibatkan disabilitas. Diskusi santai di Cafee Sastra Istana Peradaban Balai Pustaka, yang di suguhi oleh menu-menu yang di beri nama yang menarik seperti Kopi Gurindam, Kopi Prosa, Teh Puisi dan nama menu menarik lainnya.


Yasbumi sebuah yayasan sosial dan Budaya Madani yang baru di bentuk di akhir 2022 ini,mempunyai program kepedulian terhadap disabilitas dalam upaya memberdayakan serta memberikan ruang kepada Disabilitas untuk berkarya di bidang seni dan perfilman, dimana upaya tersebut sudah di lakukan oleh Budi Sumarno sebagai Ketua Umum Komunitas Cinta Film Indonesia(KCFI) dan juga Founder Inklusi film yang sejak tahun 2018 dengan mengadakan kegiatan Bioskop Bisik, kemudian mengadakan Workshop Inklusi film, dimana peserta workshop film adalah disabilitas dan relawan pendamping.


Jonna Aman Damanik,memberikan dorongan kepada Yasbumi dalam upaya memberikan hak yang sama bagi penyandang disabilitas dalam berkesenian sesuai dengan UU No. UU no. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang mengamanatkan hak ber-ekpresi dan berbudaya,serta aksesbilitas film sebagai bentuk akomodasi yang layak bagi seluruh ragam disabilitas dan UU 33 tahun 2009 tentang Perfilman, Bab VII Pasal 67, Peran Serta Masyarakat, bahwa disabilitas juga merupakan masyarakat yang mempunyai hak sama dengan lainnya, secara khusus pada pasal 16 tentang Hak Kebudayaan dan Pariwisata serta pasal 24 tentang hak berekpresi, berkomunikasi, dan mendapatkan informasi,serta akses layanan infrastruktur;ungkap Jonna.


Hal yang sama di sampaikan oleh Budi Sumarno sebagai Founder Inklusi film, ketika mengadakan pertama kali kegiatan workshop Inklusi film , bahwa melibatkan disabilitas dalam sebuah produksi film akan menghambat proses produksi itu sendiri. Stigma ini harus di hilangkan ungkap Budi, yang sudah sejak tahun 2018 mengadakan workshop perfilman bekerja sama dengan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail- Citra Film School dengan tenaga pengajar partisi perfilman, dimana materi ajar yang disampaikan adalah sama, hanya bagaimana kota memahami budaya disabilitas masing-masing dan memberikan akses yang nyaman bagi disabilitas agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang di harapkan.


Jonna menyampaikan bahwa pemenuhan berkarya dan berkesenian penyandang disabilitas sesuai dengan amanat undang-undang masih kurang sosiaolasi, beliau menyampaikan bahwa upaya sosialisasi yang tepat sasar melalui pembuatan film yang melibatkan disabilitas dengan mengangkat tema disabilitas itu sendiri, hal ini membuat Jito Banyu yang membuat film layar lebar “Untuk Angeline” merasa tertarik untuk berdiskusi panjang dengan Jonna ketika menyampaikan bahwa banyak sudah para sineas membuat film yang mengangkat issue disabilitas, namun masih kurang untuk melakukan riset yang mendalam, sehingga pesan yang ingin disampaikan masih kurang tepat, dan masih kurang memahami budaya dari disabilitas itu sendiri. Jonna berharap akan ada sebuah film yang pesan dari film tersebut akan bias bermanfaat bagi masyarakat disabilitas sendiri, para orang tua yang mempunyai anak atau keluarga namun merasa malu sehingga membiarkan anaknya di kurung di rumah, bahkan ada yang menutupi bahwa anaknya mengalami difable, dan menghilangkan stigma pada masyarakat lainnya yang non disabilitas, bahwa mereka tidak akan mampu ataupun perlu di kasihani dengan kekurangannya, padahal, tidak ada kekurangan, hanya akses mereka yang harus di berikan .


Yasbumi bersama Sutradara Jito Banyu, merencanakan sebuah film layar lebar tentang persahabatan dan perjuangan mendapatkan jati diri sosok 6 disabilitas dan seorang wanita penyandang HIV-Aids sejak dalam kandungan. Judul film yang masih di rahasiakan tersebut oleh Founder Inklusi Film, meminta Jito Banyu sebagai sutradara film tersebut dan akan berkolaborasi dengan Andre dari Yasbumi yang akan melibatkan Komisi Disabilitas Nasional RI ( KDB-RI), Jonna Aman dalam advokasi serta riset yang nantinya film tersebut akan dapat memenuhi keinginan dari masyarakat disabilitas sesuai dengan amanah UU No. 08 tahun 2016 tentang disabilitas dan UU. No. 33 tahun 2009 tentang perfilman. (BS)
Komentar

Tampilkan

Terkini

+