Iklan

Lokananta Destinasi Wisata Cagar Budaya & Ruang Kreatif Publik Komersial Berbasis Musik

Media Berita6
15 Agustus 2023, 12:56 PM WIB Last Updated 2023-08-15T05:57:17Z


Mediaberita6 - Lokananta adalah dulunya badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang perekaman musik. Lokananta memiliki kantor di Solo, Jawa Tengah dan kini menjadi salah satu cabang dari Percetakan Negara Republik Indonesia.


Lokananta merupakan studio rekaman atau studio musik pertama di Indonesia yang baru saja selesai revitalisasi. Lokananta didirikan pada 29 Oktober 1956 oleh Raden Maladi, Kepala Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI). Kala itu, Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero turut serta dalam proses pendirian studio musik seluas 21,150 meter persegi ini.


Bisa dibilang, Lokananta adalah salah satu tempat bersejarah yang menarik untuk dikunjungi dan dijelajahi oleh pecinta musik. Pasalnya, studio musik tertua di Indonesia ini menyimpan sekitar 53.000 keping piring hitam, dan 5.670 master rekamanan bersejarah. Salah satunya adalah suara asli Soekarno saat membacakan teks proklamasi.


Sejarah Lokananta

Perusahaan ini didirikan atas inisiatif Raden Maladi pada tanggal 29 Oktober 1956 dengan nama Perusahaan Piringan Hitam Lokananta sebagai bagian dari Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia. Lokananta kurang lebih berarti "seperangkat gamelan surgawi dalam pewayangan Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan merdu". 


Fungsi utama Lokananta saat itu adalah menduplikasi bahan siaran dari RRI. Perusahaan ini sempat diusulkan diberi nama Indra Vox (singkatan dari Indonesia Raya Vox), namun kemudian ditolak oleh Presiden Soekarno. Pada tahun 1958, piringan hitam dari perusahaan ini mulai dicoba untuk dipasarkan ke masyarakat umum melalui RRI.


Awalnya, studio musik yang terletak di Jl Ahmad Yani Nomor 379A, Kerten, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah ini digunakan untuk merekam materi siaran berbentuk piringan hitam yang disiarkan oleh 26 stasiun RRI di seluruh Indonesia.


Memasuki 1958, Lokananta mulai memproduksi piringan hitam yang berisikan lagu-lagu daerah dengan merek dagang “Lokananta”. Koleksi musik yang dimiliki oleh Lokananta juga sangat komplet. Mulai dari musik gamelan Jawa, Bali, Sunda, musik Batak, hingga lagu-lagu rakyat (folklore).


Pada tahun 1961, status perusahaan ini diubah menjadi perusahaan negara dengan nama PN Lokananta, dan bidang usahanya dikembangkan menjadi label rekaman, dengan spesialisasi pada lagu daerah dan pertunjukan kesenian, serta penerbitan buku dan majalah.


Pada tahun 1972, produksi audio Lokananta dialihkan dari piringan hitam ke kaset. Pada tahun 1983, Lokananta membentuk unit penggadaan film dalam format pita magnetik (Betamax dan VHS). Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia menggabungkan Lokananta ke dalam Perum Percetakan Negara RI (PNRI), sehingga Lokananta menjadi salah satu cabang dari perusahaan tersebut. Sebagai cabang dari PNRI, bisnis Lokananta antara lain perekaman musik, duplikasi audio (kaset & CD), penyiaran, percetakan, dan penerbitan.


Pada tahun 1985, Studio Lokananta diresmikan oleh Menteri Penerangan Harmoko. Memiliki luas 14 x 31 meter yang memungkinkan untuk menggelar rekaman langaung dengan tata akustik ruangan yang mumpuni. Studio Lokananta merupakan studio terbesar di Indonesia sampai saat ini.


Pada tanggal 21 Februari 2017, Lokananta menjalin kerja sama dengan Langit Musik, sehingga lagu-lagu dari Waldjinah dan sejumlah artis lain yang disimpan oleh Lokananta, secara bertahap dapat dinikmati secara digital di Langit Musik.


Studio rekaman Lokananta


Pustaka Master Rekaman

Lokananta menyimpan ribuan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia dan lagu-lagu pop lama, termasuk di antaranya lagu-lagu keroncong. Selain itu Lokananta mempunyai koleksi tidak kurang dari 53.000 keping piringan hitam dan 5.670 master rekaman daerah[butuh rujukan] bahkan rekaman pidato-pidato Presiden Soekarno, juga master Proklamasi.


Beberapa contoh produksi Lokananta lainnya antara lain: lagu Rasa Sayange bersama lagu daerah lainnya dalam satu piringan hitam. Piringan hitam ini kemudian dibagikan kepada kontingen Asian Games pada tanggal 15 Agustus 1962. Pada tahun 2018, satu set piringan hitam Souvenir From Indonesia (Asian Games 1962) dicetak ulang dalam bentuk Boxset CD, dan dibagikan ke setiap atlet yang berlaga di Asian Games & Asian Para Games 2018.


Ruang koleksi kaset pita dan piringan hitam (c) Nurlaili S/Travelingyuk


Destinasi wisata cagar budaya dan ruang kreatif publik komersial berbasis musik


Pada 18 April, telah dilakukan penandatanganan ringkasan utama kerjasama pengelolaan Lokananta antara PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang diwakili oleh Rizwan Rizal Abidin (Direktur Investasi 1 & Restrukturisasi) dengan PT Ruang Riang Lokananta selaku operator yang diwakili oleh Wendi Putranto (CEO Lokanantabloc).


Lokananta kini menjadi destinasi wisata cagar budaya sekaligus ruang kreatif publik komersial berbasis musik. Di dalam kawasan ini akan terdapat studio rekaman baru, galeri seni, musik, dan sejarah, toko cinderamata, ruang konser, ampiteater, berbagai gerai F&B, gerai UKM terkurasi, dan kegiatan seni budaya lainnya. (Guntur Surentu)


Komentar

Tampilkan

Terkini

+