-->

Iklan

Moviepreneur, Membangun Ekosistem Film dan Wirausaha Kreatif

Media Berita6
17 Oktober 2025, 8:56 PM WIB Last Updated 2025-10-17T14:05:21Z

 


Apa Itu Moviepreneur?

Moviepreneur, adalah istilah yang lahir dari gabungan kata “movie” (film) dan “entrepreneur” (wirausahawan). Secara sederhana, ini adalah sineas yang berpikir sebagai wirausahawan. Mereka tidak hanya membuat film secara kreatif , tetapi juga mengelola sumber daya, jaringan, dan hak cipta, menciptakan nilai ekonomi, sosial, dan mambangun ekosistem  budaya dan film berkelanjutan.

 

Seorang moviepreneur adalah inovator sekaligus penggerak ekosistem perfilman yang mandiri dan berkelanjutan, bukan sekadar seniman.

                                    Moviepreneur = Film + Kewirausahaan Kreatif

Mengapa Diperlukan?

Di era ekonomi kreatif, film bukan hanya hiburan atau media ekspresi seni, tetapi industri bernilai tinggi yang menciptakan lapangan kerja, memperkuat UMKM, dan memperkuat identitas budaya nasional.

Sayangnya, banyak sineas muda masih berpikir sebagai seniman semata.  Moviepreneur hadir sebagai pendekatan baru, mencetak sineas yang berpikir bisnis tanpa mengorbankan nilai artistik dan  estetika  film.

 

Tujuan Moviepreneur

1.   Membangun mindset kewirausahaan dalam dunia film.

2. Meningkatkan kemandirian sineas dalam produksi, distribusi, promosi, dan pengelolaan hak cipta sebuah karya visual.

3. Mengembangkan ekosistem film berkelanjutan yang tidak hanya bergantung pada bantuan pemerintah.

4. Meningkatkan daya saing film lokal di tingkat nasional dan internasional.

5. Menciptakan lapangan kerja baru di sektor kreatif: animasi, digital content, dan OTT platform, serta lahan wahana cinema yang menuju film tourism.

 

 


 Pilar-Pilar Moviepreneur

Pendekatan ini dibangun di atas lima pilar utama:

1. Kreasi (Creativity) — Ide film orisinal yang relevan dengan pasar.

2. Produksi (Production) — Manajemen dan teknik produksi profesional.

3. Distribusi (Distribution) — Strategi penyaluran karya ke bioskop, OTT, festival, dan media digital.

4. Promosi (Marketing) — Strategi personal branding dan promosi lintas platform.

5. Monetisasi (Entrepreneurship) — Bisnis, investasi, diversifikasi produk turunan, termasuk merchandise, event, dan wahana film.

 

Ekosistem Moviepreneur

Ekosistem ini mencakup berbagai pihak yang saling terkait:

1.      Sineas dan talent (aktor, sutradara, penulis, editor dan lain sebagainya)

2.      Wahana Film

3.      Investor dan produser

4.      Platform digital (YouTube, OTT, TikTok)

5.      Pemerintah dan lembaga pendukung (Kemendikbudristek, Bekraf, BPI)

6.      Komunitas film, kampus, dan lembaga pelatihan

7.      Media dan publik

Tujuannya: membangun rantai nilai film dari ide hingga pasar, sekaligus memperkenalkan wahana film sebagai bagian dari strategi bisnis.

 

Model Bisnis Moviepreneur

Creative Business Canvas Moviepreneur sbb:

· Value Proposition: Film bernilai artistik, komersial, dan interaktif (wahana film).

· Customer Segments: Penonton, platform digital, sponsor, investor, pengunjung wahana.

· Revenue Streams: Tiket bioskop, lisensi OTT, iklan, merchandise, event tematik, dan wahana film.

· Key Partners: Komunitas film, lembaga pembiayaan, media, institusi pendidikan.

· Cost Structure: Produksi, promosi, distribusi, manajemen hak cipta, pengembangan wahana.

· Key Activities: Produksi, pelatihan, branding, promosi, pitching investor, pengelolaan wahana film.

 

 

Kursus Film dan Pelatihan Moviepreneur

Sebagai Director of Creative Learning & Innovation Connecting College membuka  lembaga kursus film dan seni peran. Kurikulumnya tidak hanya mengajarkan teknik pembuatan film, tetapi juga strategi pemasaran, manajemen produksi, dan menjaga hak cipta kreatif.

Pendekatan ini bertujuan untuk mencetak sineas muda yang mampu mengelola karya mereka sebagai bisnis, sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru melalui film, event, dan wahana interaktif.

 

Dampak Sosial dan Ekonomi

·         Menambah jumlah film lokal yang berdaya jual

·         Menciptakan lapangan kerja di sektor kreatif

·         Memperkuat ekonomi daerah berbasis film

·         Menumbuhkan kesadaran hak cipta dan distribusi digital yang adil

·         Mengintegrasikan film dengan pariwisata melalui wahana film, memperluas peluang pendapatan

Slogan dan Filosofi




“Think Film Like a Business, Build Business Like a Story.”

Film adalah kisah. Bisnis juga kisah. Moviepreneur menghasilkan karya yang inspiratif sekaligus peluang bisnis yang berkelanjutan.

Dengan pendekatan ini, industri film Indonesia dapat tumbuh mandiri, berkelanjutan, dan inklusif, serta membuka jalur baru bagi sineas muda melalui kursus, pelatihan, dan moviepreneurship di Connecting College.  (Oleh: Budi Sumarno, Penulis buku Cinema Therapy, Retorika Film Layar lebar Indonesia, Praktisi Perfilman & Dokumenteries, Founder SinemaKita.com,inklusi film Indinesia, Director of Creative Learning & Innovation Connecting College)

Komentar

Tampilkan

Terkini