Mediaberita6 - Ling Tien Kung (LTK) kini semakin dikenal sebagai metode terapi alternatif yang menawarkan pendekatan kesehatan tanpa alat, tanpa biaya, dan tanpa obat. Melalui gerakan lambat yang berfokus pada energi vital tubuh, metode ini menonjolkan dua gerakan utama—empet-empet anus dan jinjit-jinjit—yang diklaim bermanfaat bagi kesehatan organ serta perbaikan sirkulasi.
Sebagai komunitas olahraga kesehatan, LTK menegaskan bahwa organisasi ini bukan bagian dari ormas keagamaan, bukan gerakan politik, dan tidak berafiliasi dengan partai mana pun. LTK juga bukan organisasi bisnis, melainkan wadah yang dibangun atas dasar kepedulian masyarakat terhadap gaya hidup sehat dan kebugaran jasmani.
Kegiatan yang dilakukan dalam komunitas ini berfokus pada olahraga terapi yang lembut, memadukan gerakan tubuh dan teknik pernapasan untuk membantu peremajaan organ-organ tubuh. Pendekatan ini dirancang sebagai metode penyembuhan alternatif yang mudah diikuti oleh berbagai kelompok usia, terutama bagi masyarakat yang membutuhkan latihan fisik sederhana namun efektif.
LTK juga mendapat apresiasi pemerintah, khususnya dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), karena dinilai mampu mendorong masyarakat untuk berolahraga secara rutin. Sebagai organisasi nirlaba, seluruh aktivitasnya berlandaskan semangat kebersamaan dan sukarela, sehingga menjadikan LTK sebagai komunitas kesehatan yang inklusif dan non-politis.
Metode senam ini dikembangkan oleh Awiek Wijaya atau Fu Long Swie, seorang warga Indonesia kelahiran Bali yang berdomisili di Surabaya. Ia menciptakan teknik ini berdasarkan proses kontemplasi untuk pemulihan cedera, sekaligus merujuk pada konsep energi kehidupan (Ci) dalam tubuh manusia. Fokus gerakannya berada pada kontraksi antara pusar dan anus, yang diyakini dapat membangkitkan energi vital dan memperbaiki fungsi tubuh.
Dari sisi manfaat, LTK dipercaya dapat membantu menormalkan tekanan darah, mengendalikan kolesterol dan gula darah, meningkatkan kelenturan, memperbaiki saraf, serta mengurangi stres. Gerakan empet-empet anus disebut membantu sirkulasi darah, sementara jinjit-jinjit bermanfaat untuk kesehatan saraf dan tulang. Kombinasi gerakan dan pernapasan membuat metode ini digemari oleh masyarakat yang mencari terapi ringan namun berdampak positif.
Dari perspektif keagamaan, LTK dinilai dapat dipraktikkan selama niatnya untuk menjaga kesehatan dan tidak melanggar akidah Islam. Dasar ini merujuk pada hadits tentang niat, yang menyatakan bahwa setiap amal tergantung pada niatnya. Selama gerakan yang dilakukan bersifat fisik, tidak mengandung unsur syirik, dan tidak melalaikan kewajiban ibadah, maka praktik LTK dapat dianggap mubah serta bermanfaat bagi kesehatan.
Pada akhirnya, Ling Tien Kung menjadi pilihan bagi masyarakat yang ingin menjaga kebugaran tubuh melalui metode sederhana, aman, dan terjangkau. Dengan sifatnya yang non-profit, non-politis, serta berfokus pada kesehatan publik, LTK terus berkembang sebagai komunitas olahraga kesehatan yang mengutamakan keseimbangan tubuh, pikiran, dan energi. (Go.ens)


