-->

Iklan

Menyikapi Film Animasi Merah Putih: One For All

Media Berita6
12 Agustus 2025, 10:05 AM WIB Last Updated 2025-08-12T03:06:58Z

Mediaberita6 - Belakangan ini publik ramai membicarakan film animasi Merah Putih: One For All. Perhatian tertuju bukan hanya pada momen rilisnya yang berdekatan dengan Hari Kemerdekaan RI ke-80, tetapi juga pada proses produksinya yang terbilang kilat—hanya 1–2 bulan mulai Juni 2025—dengan anggaran sekitar Rp 6,7 miliar.(Menurut berita di beberapa media,namun produser mengklarifikasi tidak se-rupiah-pun menerima Dana Dari pemerintah) Film ini rencana tayang di bioskop mulai 14 Agustus 2025,sebuah slot strategis yang biasanya sulit diperoleh di tengah antrean panjang film lokal dan internasional di jaringan besar seperti XXI.


Sinopsis dan Alur Cerita

Film ini bercerita tentang delapan anak dari latar budaya berbeda Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa yang membentuk "Tim Merah Putih". Tiga hari menjelang upacara 17 Agustus, bendera pusaka desa hilang. Mereka harus menempuh hutan lebat, sungai deras, badai, dan mengatasi perbedaan demi mengibarkan Sang Merah Putih tepat waktu. Cerita sarat pesan persatuan, keberanian, dan persahabatan.


Respon publik beragam. Ada yang mengapresiasi pesan nasionalisme, namun tak sedikit yang mengkritisi kualitas visual, dugaan penggunaan aset siap pakai, serta kecepatan produksi. Penggunaan bahasa Inggris pada judul (“One For All”) juga memicu perdebatan, karena dianggap mengurangi nuansa kebangsaan. Pertanyaan lain muncul: apakah tema kemerdekaan memberi film ini prioritas tayang, sementara produser lain masih menunggu slot pasti?


Film ini lolos sensor Lembaga Sensor Film (LSF) tanpa informasi adanya pemotongan konten. Artinya, film dinilai aman untuk semua usia, sesuai target keluarga dan anak-anak.


Produksi animasi bertema nasionalisme membutuhkan tim kreatif yang memahami substansi dan aturan industri. Tim ini berhasil merampungkan film dalam waktu singkat, meski publik berharap kualitas teknis dan artistik bisa lebih maksimal.


“Merah Putih” adalah simbol kebanggaan. Ceritanya mampu membangkitkan rasa haru dan semangat persatuan, meski pilihan bahasa Inggris di judulnya menuai pro-kontra Dari beberapa pihak, namun menurut penulis mungkin ini sebuah strategi agar menyasar global.


Strategi rilis di bulan kemerdekaan logis secara pemasaran. Namun, efisiensi waktu dan anggaran perlu diimbangi dengan kualitas visual dan narasi yang kuat, agar pesan nasionalisme tersampaikan optimal.


Bagi saya, perdebatan ini wajar dan sehat bagi ekosistem perfilman. Niat mengangkat tema kebangsaan patut diapresiasi, namun fairness dalam distribusi layar, transparansi anggaran, serta kualitas teknis harus menjadi prioritas. Semangat Merah Putih sebaiknya tidak hanya hadir di cerita film, tetapi juga tercermin dalam proses produksi dan tata kelola penayangannya adil, berkualitas, dan membanggakan bangsa.


Terus berkarya untuk lebih baik lagi jaga kwalitas pertahankan kwalitasnya setara Film Jumbo,untuk maju Dan kembangmya film Indonesia,karya film yang baik sebaiknya mwmiliki unsur Ethos,Pathos Dan Logos maju film Indonesia. - Budi Sumarno(penulis buku Cinema Therapy,Founder Inklusi Film)

Komentar

Tampilkan

Terkini