Mediaberita6 - Jakarta, 1 November 2025 — Di tengah derasnya arus musik digital yang kerap melupakan karya untuk anak-anak, nama Ferry Andrika mencuat sebagai sosok yang setia menjaga nilai-nilai pendidikan dan moral lewat lagu. Lahir di Madiun, 13 Februari 1979, Ferry bukan hanya seorang pendidik dan pembawa acara, tetapi juga pencipta lagu anak-anak yang berkomitmen menghadirkan karya mendidik dan menyenangkan.
Di antara karya Ferry yang dikenal luas adalah “Corona, Go Away!” (2021) — lagu sederhana namun kuat yang ia tulis di masa pandemi, serta “Menjaga Pertiwi”, yang berhasil menjadi finalis Cipta Lagu BEKRAF 2018. Lagu lain ciptaannya, “Dilarang Pegang!”, mengangkat tema sex education untuk anak, dan “Selamanya”, yang bernuansa kasih dan pengharapan.
“Saya menulis lagu anak-anak karena saya ingin mereka punya ruang untuk belajar lewat musik. Lagu bisa jadi cara berdamai dengan masa lalu dan mengajarkan hal-hal baik tanpa menggurui,” ujar Ferry dalam wawancara di Jakarta.
Perjalanan Ferry di dunia hiburan dimulai sejak awal 2000-an. Ia mengasah kemampuan public speaking dan olah kata saat masih kuliah, hingga akhirnya dipercaya menjadi host di berbagai program televisi daerah, seperti JTV Surabaya, TVRI Banjarmasin, dan TVRI Jogjakarta.
Pengalamannya terus berkembang, hingga Ferry menjadi host acara KILA (Kita Cinta Lagu Anak Indonesia) yang digelar oleh Kementerian Pendidikan pada tahun 2022, serta host program “Soundville” di Muter TV, Jakarta Selatan di tahun yang sama. Terbaru, ia juga menjadi MC dalam acara serah terima jabatan KEMALA (Keluarga Masyarakat Langsa Aceh) di Gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta pada tahun 2025, dan menjadi MC untuk acara Pengukuhan pengurus FORWAN ( Forum Wartawan Hiburan Indonesia ) periode 2025-2029 serta Launching single “CINTA TAK SALAH” karya Panglima Langit, yang dinyanyikan Penyanyi senior, Ratna Listy, menandai 36 tahun perjalanan bermusiknya.
Meski dikenal publik sebagai MC yang piawai, Ferry tidak pernah meninggalkan dunia pendidikan. Ia telah mengajar bahasa Inggris sejak kuliah semester 1 sampai saat ini. Setelah selama 23 tahun mengajar di sekolah yayasan Katolik bernama SANTO YUSUF MADIUN, Ferry memutuskan untuk resign dan fokus mengajar di Kursus Privat Bahasa Inggris miliknya sendiri dan fokus menjadi MC.
Bagi Ferry, dunia pendidikan dan musik adalah dua sisi yang saling menguatkan.
“Saya dulu ingin jadi wartawan, lalu diplomat. Tapi akhirnya sadar bahwa panggilan saya ada di dunia tutur — entah lewat mengajar, menjadi MC, atau menulis lagu. Intinya sama: menyampaikan pesan baik,” katanya dengan senyum.
Kisah Ferry juga diwarnai pengalaman unik selama menjadi MC di berbagai kota, dari Madiun, Malang,Solo, Surabaya dan sekarang bolak balik Jakarta. Ia pernah harus tetap memandu acara meski tersetrum di atas panggung saat hujan, atau menjadi korban “prank” lamaran di acara keluarga besar. Namun semua itu baginya adalah bagian dari proses panjang membangun profesionalisme dan kepercayaan dirpi di depan publik.
Kini, di tengah kesibukannya sebagai guru dan pembawa acara, Ferry tetap menulis lagu anak-anak. Ia mengunggah karya-karyanya ke platform digital agar bisa dinikmati lebih luas. Baginya, karya adalah bentuk pengabdian yang tak lekang oleh waktu.
“Selama anak-anak masih butuh hiburan yang baik, saya akan terus menulis. Karena dari lagu-lagu kecil itulah, kita bisa menjaga Pertiwi,” tutup Ferry Andrika. (Buyil)



