-->

Iklan

Aditya Gumay dan Ruben Onsu Hadirkan Kisah Nyata Nia Kurnia Sari ke Layar Lebar

Media Berita6
16 November 2025, 10:16 AM WIB Last Updated 2025-11-16T03:17:29Z

Foto: Dok. Smaradana Pro/ 786 Production

Mediaberita6, Jakarta - Sutradara Aditya Gumay bersama produser Ruben Onsu kembali hadir di industri film tanah air melalui karya terbaru mereka berjudul Nia. Film ini diadaptasi dari kisah nyata pemerkosaan dan pembunuhan Nia Kurnia Sari, seorang remaja penjual gorengan di Padang, Sumatra Barat, yang meninggal secara tragis pada September 2024. Peristiwa tersebut sempat mengguncang publik dan pelakunya, Indragon, telah dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Pariaman.


Diperankan oleh Syakira Humaira, Helsi Herlinda, dan Zainal Chaniago, Nia digarap dengan sentuhan drama yang kuat. Aditya Gumay tidak bekerja sendirian karena Ronny Mepet juga duduk di kursi sutradara. Film ini dijadwalkan tayang secara nasional pada 4 Desember 2025, dan telah mencuri perhatian sejak diumumkan pertama kali berkat latar kisah nyatanya yang menyentuh.


Berbeda dari proyek sebelumnya, Ruben Onsu memilih berada di balik layar sebagai produser. Ia menyebut keputusan ini diambil karena padatnya aktivitas yang membuatnya tidak dapat terlibat di depan kamera. Meski demikian, Ruben mengaku terlibat penuh dalam perencanaan dan memastikan produksi berjalan sesuai jadwal.

Foto: Dok. Smaradana Pro/ 786 Production


Aditya Gumay mengungkapkan bahwa proses kreatif film Nia tidak hanya dilandasi popularitas kasusnya, tetapi juga riset mendalam mengenai kehidupan almarhumah. Ia menemukan sosok Nia sebagai remaja berprestasi yang tumbuh dalam keluarga broken home namun tetap memiliki tekad kuat untuk maju. Nia dikenal rajin mengaji, berprestasi di sekolah, juara pencak silat, dan tidak segan membantu ekonomi keluarga dengan berjualan.


Menurut Aditya, Nia merupakan tulang punggung keluarga sekaligus figur inspiratif. Dari hasil riset tersebut, ia memastikan bahwa 85 persen alur film mengangkat kisah nyata kehidupan Nia. Ia berharap karakter Nia yang pantang menyerah mampu memberikan energi positif dan menjadi teladan bagi penonton, terutama generasi muda.


Selain menghadirkan kisah perjuangan, film ini juga membawa pesan edukatif mengenai bahaya narkoba. Aditya menyampaikan bahwa setengah keuntungan dari penjualan tiket film Nia akan dialokasikan untuk pembangunan rumah tahfiz Al-Qur’an dan pesantren. Komitmen sosial tersebut menjadi salah satu nilai tambah yang ingin disampaikan melalui film ini.


Meski mengadaptasi kisah nyata, Aditya mengungkapkan ada beberapa unsur yang tidak ditampilkan dalam film. Di antaranya adalah detail kronologi kasus narkoba yang terungkap dalam persidangan, termasuk alasan pelaku menghabisi korban. Bagian tersebut sengaja dihilangkan untuk menjaga sensitivitas dan menghindari eksploitasi tragedi.


Tantangan terbesar dalam produksi Nia adalah menggambarkan adegan kekerasan tanpa menghadirkan visual yang vulgar. Aditya menegaskan bahwa tim produksi berusaha menjaga martabat almarhumah dan keluarganya. Pendekatan sinematis yang lebih halus dipilih untuk tetap menyampaikan pesan tanpa menimbulkan ketidaknyamanan berlebihan bagi penonton.


Sementara itu, Ronny Mepet mengungkapkan proses syuting berlangsung selama 19 hingga 20 hari. Sebagian adegan tambahan direkam di New York, Amerika Serikat, untuk menghadirkan tampilan visual yang lebih unik. Meski dalam kisah asli pacar Nia berada di Thailand, lokasi New York dipilih karena memberikan nuansa sinematik yang berbeda dan mendukung estetika film.


Dalam proses produksi, Ruben Onsu menambahkan bahwa pekerjaan di belakang layar membutuhkan kesabaran dan kedisiplinan tinggi. Ia menegaskan pentingnya mengikuti jadwal produksi agar semua proses berjalan lancar. Menurutnya, bekerja sebagai produser sering kali lebih melelahkan dibanding menjadi aktor, namun pengalaman tersebut menjadi tantangan baru yang ia nikmati. (GS)

Komentar

Tampilkan

Terkini