-->

Iklan

Malam Anugerah Festival Film Indonesia 2025: Refleksi Keberagaman Sinema di TIM

Media Berita6
21 November 2025, 3:33 PM WIB Last Updated 2025-11-21T09:29:39Z

Mediaberita6 - Jakarta, 20 November 2025 - Malam puncak Festival Film Indonesia (FFI) 2025 digelar meriah di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki (TIM), menandai titik klimaks apresiasi bagi insan perfilman Tanah Air. Tema tahun ini, “Puspawarna Sinema Indonesia”, menjadi refleksi keragaman genre, gaya, dan perspektif kreatif yang menghiasi ekosistem film nasional. Dihadiri oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, FFI 2025 siap untuk merayakan kemajuan perfilman Indonesia.


Acara menghadirkan sejumlah tokoh penting perfilman dan kebudayaan: dari Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, hingga para artis dan kreator layar lebar. Ketua juri FFI, Budi Irawanto, menekankan bahwa sistem penjurian tahun ini dibuat lebih transparan dan mendalam: kombinasi penilaian kuantitatif (scoring) dan kualitatif dari Dewan Juri Akhir.


Nominasi Utama FFI 2025

Berikut beberapa nominasi di kategori utama: Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara, Pemeran, hingga Dokumenter dan Animasi.


Beberapa di antaranya:

  • Film Cerita Panjang Terbaik: Jumbo, Pangku, Pengepungan di Bukit Duri, Perang Kota, Sore: Istri dari Masa Depan

  • Sutradara Terbaik: Joko Anwar (Pengepungan di Bukit Duri), Mouly Surya (Perang Kota), Ryan Adriandhy (Jumbo), Timo Tjahjanto (The Shadow Strays), Yandy Laurens (Sore: Istri dari Masa Depan

  • Pemeran Utama Pria Terbaik: Arswendy Bening Swara (Tale of the Land), Dion Wiyoko (Sore), Morgan Oey, Nicholas Saputra, Ringgo Agus Rahman (Panggil Aku Ayah

  • Pemeran Utama Perempuan Terbaik: Acha Septriasa (Qodrat 2), Aurora Ribero (The Shadow Strays), Claresta Taufan (Pangku), Lola Amaria, Sheila Dara Aisha (Sore: Istri dari Masa Depan

  • Kategori lain seperti Penulis Skenario (Asli & Adaptasi), Dokumenter Panjang, Animasi Panjang, hingga Film Pilihan Penonton juga menjadi bagian dari nominasi. 

Malam Anugerah FFI 2025 di TIM mencatat sejumlah kemenangan besar dan fakta menarik:

  • Film Cerita Panjang Terbaik: Pangku

  • Sutradara Terbaik: Yandy Laurens untuk Sore: Istri dari Masa Depan

  • Pemeran Utama Pria Terbaik: Ringgo Agus Rahman untuk Panggil Aku Ayah 

  • Pemeran Utama Perempuan Terbaik: Sheila Dara Aisha untuk Sore: Istri dari Masa Depan

  • Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Omara Esteghlal untuk Pengepungan di Bukit Duri 

  • Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik: Christine Hakim untuk Pangku 

Selain itu, Pengepungan di Bukit Duri dari sutradara Joko Anwar menjadi sorotan besar, meraih lima Piala Citra di berbagai kategori teknis: Penata Efek Visual, Penata Rias, Sinematografi, Musik, dan Aktor Pendukung.


Kategori lain juga mencatat pemenang lain:

  • Film Animasi Panjang Terbaik: Jumbo

  • Lifetime Achievement (Penghargaan Pengabdian Seumur Hidup): El Manik (juga Franki Raden dan Hendrick Gozali).


Sorotan dari Malam Puncak

Beberapa poin penting menonjol dari gelaran ini:

  1. Dominasinya karya teknis
    Pengepungan di Bukit Duri mendominasi kategori teknis, menegaskan bahwa karya sinema Indonesia kini tak hanya kuat dari segi cerita, tetapi juga keahlian teknis seperti efek visual dan sinematografi. 

  2. Film debut dan kontemporer meraih pencapaian tinggi
    Film Pangku, yang merupakan debut penyutradaraan Reza Rahadian, berhasil meraih Penghargaan Film Terbaik dan beberapa kategori lain.

  3. Perubahan sistem juri
    Sistem penjurian FFI tahun ini semakin transparan dan struktural: dewan juri akhir yang terdiri dari pakar-pakar profesi film dan proses seleksi awal yang melibatkan Akademi Citra. 

  4. Pertumbuhan industri film lokal
    Menteri Kebudayaan menyampaikan kebanggaannya atas capaian industri: lebih dari 75 juta penonton film lokal tercatat hingga November 2025, dengan sekitar 70% pangsa pasar diisi film Indonesia. 


Malam Anugerah FFI 2025 di TIM bukan sekadar pemberian penghargaan, melainkan cerminan transformasi sinema Indonesia: semakin inklusif, teknis mumpuni, dan sangat beragam. Kemenangan Pangku dan dominasi Pengepungan di Bukit Duri menunjukkan keseimbangan antara naratif emosional dan keunggulan visual. Sistem penjurian yang diperbarui serta tema “Puspawarna Sinema Indonesia” menegaskan komitmen FFI untuk merayakan keragaman sebagai kekuatan.


Gelaran ini sekaligus menjadi momen refleksi sekaligus harapan bagi masa depan perfilman Tanah Air  di mana setiap warna narasi dan gaya bercerita mendapat ruang apresiasi setara. (Go.ens)

Komentar

Tampilkan

Terkini